Kritik Objektif: Cerpen Peradilan Rakyat karya Putu Wijaya
Pendekatan
objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada karya sastra itu
sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai struktur yang otonom dan
bebas dari hubungannya dengan realitas, pengarangm maupun pembaca. Pendekatan
ini juga disebut oleh Welek & Waren (1990) sebagai pendekatan intrinsik
karena kajian difokuskan pada unsur intrinsik karya sastra yang dipandang
memiliki kebulatan, koherensi, dan kebenaran sendiri.
Tema yang di ambil dalam cerpen peradilan
rakyat adalah Keadilan di Masyarakat. Alur yang digunakan mekamkai alur maju
(progesif).
Latar tempat, yaitu latar mengacu
pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama
tertentu serta inisial tertentu.Pada cerpen, latar tempat ditunjukan pada
kutipan cerpen sebagai
berikut:
Seorang pengacara muda yang
cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati
oleh para penegak hukum. Latar tempat yang dimaksud, merupakan kantor pengacara
dimana tempat ayahnya seorang pengacara senior.
Latar Sosial, yaitu yang mengacu
pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat
yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat
mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa
kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir
dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial
tokoh yang bersangkutan.
Penokohan lebih luas
pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus
mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana
penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan
gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik
perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
Pengacara Muda (anak): merupakan
seorang pemuda yang kritis, tekun, bersemangat cerdas dan profesional terhadap
pekerjaannya sebagi seorang pengacara. Hal tersebut berdasarkan kutipan dibawah
ini:
“Aku tidak datang untuk menentang
atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk
dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi
terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil
untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak
memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan
yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah
keadilan itu sendiri”
Dari kutipan diatas menunjukkan
bahwa pengacara muda tersebut cerdas, dan berpikir kritis. Ia mencermati
keadaan dan situasi, seorang pengacara muda yang bersikap adil dan profesional
pada pekerjaannya sebagai pengacara.
Pengacara Senior (ayah): tua,
lemah dan sakit. Memiliki bijaksana, penyayang, rendah hati. Hal tersebut
berdasarkan kutipan:
“Aku kira tak ada yang perlu
dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu
dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia.” Pengacara muda itu
jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu
mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah
lelah dan kesakitan.
Dari kutipan diatas, karakter
tokoh ayah yang menyayangi dan merindukan putranya. Pengacara senior sudah
tampak lemah dan tua.
Sekretaris, perhatian, baik,
cantik jelita. Hal tersebut berdasarkan kutipan dibawah ini:
Sekretarisnya yang jelita,
kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara
muda. “Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu
banyak beristirahat. Selamat malam.”
Dikemukakan, bahwa sekretaris
yang cantik dan dan perhatian. Ia mengatakan bahwa pengacara senior hendak
beristirahat,
Sudut pandang (point of view)
merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya
fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap
kehidupan. Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut
pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang
tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Sudut
pandang yang terdapat dalam cerpen Peradilan Rakyat adalah Sudut pandang orang
ketiga yaitu sudut pandang yang biasanya pengarang menggunakan tokoh
“ia”, atau “dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; Contohnya pada
kutipan dibawah ini
Pengacara tua yang bercambang dan
jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya,
lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung,
…. Pengacara muda diam beberapa
lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang
Berdasarkan pada kutipan diatas,
diketahui penggunaan tokoh “ia” dan subjek lain dengan kata ganti pengacara
muda.
Gaya bahasa dalam cerpen memilki
peran ganda, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai penyampai gagasan pengarang.
Namun juga sebagai penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh
pengarang dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan
perbandingan, menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak
sewajarnya, dan sebagainya. Melebih-lebihkan kata sehingga menampilkan
unsur-unsur sasta yang indah dan menarik. Itulah sebabnya, terkadang dalam
karya sastra sering dijumpai kalimat-kalimat khas. Dalam cerpen peradilan
rakyat di temukan 3 gaya bahasa yaitu Gaya Bahasa Perbandingan, Gaya bahasa
pertentangan, dan Gaya bahasa sindiran (Sinisme).
Gaya bahasa perbandingan dalam
cerpen peradilan rakyat terdapat 4 bagian yaitu gaya bahas perumpamaan,
metafora, depersonikfikasi, dan personifikasi
Gaya bahas perumpamaan,
contohnya: penjahat itu licin seperti belut; rakus seperti monyet; seperti
kucing dan anjing; seperti singa yang lapar; bagai air dengan minyak. Pada cepen
gaya bahasa perumpamaan adalah sebagai berikut:
·
Mereka menyebutku Singa Lapar.
·
Jangan membunuh diri dengan
deskripsi-deskripsi yang menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir
sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara
alam keadilan tak boleh menjadi
sebuah taeter, tetapi mutlak hanya pencari
keadilan yang kalau perlu dingin dan beku.
Metafora, contohnya; anak emas,
buah bibir, buah tangan, mata keranjang, jinak-jinak merpati, air mata buaya
dsb. Pada cerpen metafora, adalah sebagai berikut:
Dengan gemilang dan mudah ia
mempencundangi negara dipengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu.
Depersonikfikasi, gaya bahasa
yang mengandaikan manusia atau segala hal yang hidup, bernyawa, sebagai
benda-benda mati yang kaku dan beku. Pada cerpen contohnya adalah sebagai
berikut:
Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan,
menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa.
Personifikasi, gaya bahasa
perbandingan yang mengandaikan benda-benda mati, termasuk gagasan atau
konsep-konsep yang abstrak, berperilaku seperti manusia yang menggerakan
seluruh tubuhnya. Pada cerpen gaya bahasa personifikasi adalah sebagai berikut:
Sementara sekretaris jelitanya
membacakan berita-berita keganasan yang merebak diseluruh wilayah negara
dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara
besar itu.
Gaya bahasa pertentangan dalam
cerpen peralidan rakyat yaitu hiperbola, gaya bahasa yang pernyataan yang
melebih-lebihkan jumlahnya ukurannya, atau sifatnya dengan maksud memberikan
penekanan pada suatu pertanyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan
kesan dan pengaruhnya. Pada cerpen contoh gaya bahasa
hiperbola adalah sebagai berikut:
·
Tetapi kamu sebagai ujung tombak pencarian keadilan di negeri yang
sedang, dicabik-cabik korupsi ini.
·
Namun yang lebih buas dan keji ketika memperoleh
kesempatan menginjak-injak keadilan dan
kebenaran yang dulu diberhalakannya.
·
Jangan membunuh diri dengan deskripsi-deskripsi yang
menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir
sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam
·
Tapi aku tolak mentah-mentah.
·
Keadilan tak boleh menjadi sebuah
taeter, tetapi mutlak hanya pencari keadilan yang kalau
perlu dingin dan beku.
·
Yang tua memicingkan mata dan mulai menembak lagi.
·
Juga bukan ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan
dari organisasi kemanusian di mancanegara yang benci negaramu, bukan?
·
Entah luluh oleh senyum dibibir wanita yang memiliki
mata yang sangat indah itu.
·
membebaskan bajingan yang
ditakuti oleh seluruh rakyat dinegeri ini untuk terbang
lepas kembali seperti burung diudara.
·
Ia merayakan kemenangan dengan
pesta kembang semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara,
tak mungkin dijamah lagi.
·
Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang
sah.
·
Penjahat besar yang akan
terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat.
Gaya bahasa sindiran (Sinisme),
merupakan gaya bahasa yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap
keikhlasan dan ketulusan hati. Pada cerpen adalah sebagai berikut:
·
Tidak seperti pengacara sekarang
yang kebanyakan berdagang.
Maksudnya, saat ini banyak
pengacara yang bekerja dengan tidak profesional. Menjual kejujuran demi
kepentingan pribadi atau kelompok.
0 comments: