Kritik Mimetik: Cerpen Gadis Peminta-minta Karya Toto Sudarto Bachtiar

Kamis, April 13, 2017 putriintania 0 Comments


Dalam buku ”Prinsip-prinsip Kritik Sastra”, menyebutkan bahwa kritik mimetik memandang karya sastra sebagai tiruan, pencerminan, atau penggambaran dunia luar dan kehidupan manusia. Kriteria yang utama dikenakan pada karya sastra adalah ”kebenaran” penggambarannya terhadap objek yang digambarkan atau hendak digambarkan (Pradopo, 2003:192).

Sajak yang akan di kritik adalah sajak “Gadis Peminta-minta” puisi Toto Sudarto Bachtiar.



GADIS PEMINTA-MINTA
Toto Sudarto Bachtiar
Setiap kali bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyumu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi lulang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku.
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, oh kotaku Hidupnya tak lagi punya tanda

Sebelum menjelaskan gambaran kehidupannya, dideskripsikan dahulu setiap lariknya.sebagai berikut:
Larik ke-1: setiap bertemu anak kecil yang membawa kaleng kecil
Larik ke-2: semuanya dijalani dengan senyuman tidak terlalu menghiraukan hal sedih karena kesedihan sudah  jadi kebiasaan.
Larik ke-3: melihat ke atas pada siang hari
Larik ke-4: seperti tidak ada kehidupan
Larik ke-5: karena terlalu simpati jadi merasa ingin mengalami rasa yang sama
Larik ke-6: anak kecil itu pulangnya ke bawah jembatan
Larik ke-7: hidupnya penuh dengan impian
Larik ke- 8: kebahagiaan hanya mimpi belaka
Larik ke- 9: kesulitan hidupnya berat  tidak sebanding dengan usianya
Larik ke- 10:mainnya anak kecil itu di sekitar selokan
Larik ke-11: hatinya bersih
Larik ke-12: menerima kesusahan orang lain
Larik ke-13:kalau anak kecil peminta-minta telah tiada
Larik ke-14: kehidupan yang sulit tidak ada yang merasakan
Larik ke-15: kehidupan kotanya terlepas dari pemandangan peminta-minta

Dari ke-15 larik di atas, menggambarkan adanya kehidupan seorang anak kecil yang pekerjaannya meminta-minta, tempat mainnya di sekitar selokan, tempat tinggalnya di kolong jembatan, kehidupannya penuh kesusahan dan kebahagiaan yang diharapkan hanya sebuah mimpi.

Hal-hal di atas benar-benar menggambarkan kehidupan di sebuah kota besar yang dipenuhi dengan banyaknya anak kecil meminta-minta khususnya di Indonesia apalagi di kota besar seperti Jakarta. Jadi dari sekian banyak penggambaran penyair ingin menggambarkan keadaaan indonesia khususnya di kota besar. Dari segi mimetiknya, sajak ini bagus karena diangkat dari suatu kenyataan, dimana banyaknya anak kecil peminta-minta di jalanan kota. Jadi pilihan kata yang digunakan dalam sajak di atas menggambarkan dengan jelas sebuah kehidupan manusia.


*Salah satu tugas kuliah menulis keritik esay


0 comments: